Belum usai semua perhatian kita tertuju ke Gunung Merapi yang meletus sejak tanggal 26 Oktober 2010, dimulai dengan kabar ganasnya wedhus gembel yang memakan korban jiwa, bahkan kini masih disibukan dengan bahaya banjir lahar dingin. Kabar baru dari Jawa Timur Gunung Bromo mulai memperlihatkan gelagatnya dan akhirnya status awas diberlakukan untuk Gunung tersebut.
Masih terbayang dlam benak kita ketika tayangan demi tayangan melalui media televisi keganasan Wedhus Gembel Gunung Merapi seakan mejadi makhluk pencabut nyawa dan meluluh lantakan daerah pemukiman di lereng Merapi. Ribuan Pengungsi masih menunggu nasib di tempat pengungsian, sementara Pemerintah masih sibuk untuk perencanaan pemukiman kembali warga pengungsi.
Tanah Jawa diguncang prahara, Gunung Merapi meletus dan Gunung Bromo mulai bertingkah. Sebenarnya jika Gunung Bromo meletus akan seperti apa ?
Mengutip berita dari http://cybernews.cbn.net.id pada 25 Nov 2010 10:40:00 WIB, disebutkan bahwa jika Gunung Bromo meletus maka tidak sama dengan Gunung Merapi. "Karakteristik Gunung Bromo merupakan low volcanic, tidak seperti Merapi yang high volcanic. Jika terjadi letusan, material yang dimuntahkan Bromo berupa pasir dan abu," terang Putu Artama (peneliti dari Pusat Kebumian dan Bencana, Institut Teknologi 10 November Surabaya /ITS) kepada okezone, Kamis (25/11/2010).
Lalu seperti apa sebenarnya Gunung Bromo tersebut ? karena kalau tidak salah Gunung Bromo mempunyai sejarah panjang bahkan sempat beberapakali meletus.
Kutipan lain dari http://sains.kompas.com pada Kamis, 25 November 2010 | 09:06 WIB menjelaskan bahwa berdasarkan buku Data Dasar Gunung Api Indonesia terbitan 1979, Gunung Bromo tercatat meletus pada tahun 1822 bersama dengan Gunung Merapi, Gunung Galunggung, dan Gunung Lamongan. Buku katalog referensi gunung api Indonesia dengan letusan dalam waktu sejarah ini dikumpulkan dari berbagai referensi yang ada sejak zaman kolonial.Berdasarkan data di buku tersebut, Gunung Bromo telah meletus sebanyak 43 kali—ditambah letusan pada tahun 2004. Namun, situs http://geodesy.gd.itb.ac.id menyebutkan telah meletus 50 kali sejak tahun 1775. Catatan dari Data Dasar Gunung Api Indonesia, letusan tertua adalah pada tahun 1804.
Gunung ini merupakan satu-satunya gunung api yang masih aktif dari warisan Gunung Bromo Purba. Kawah di arah timur-barat garisnya mencapai 600 meter, sementara kawah di arah utara-selatan garis tengahnya 800 meter. Sebuah undak menunjukkan, pusat letusan bergerak ke jurusan utara. Pada Maret 1983 terbentuk sebuah danau di kawahnya.
Pada sejarahnya, letusan Gunung Bromo tidak mengalirkan lava pijar. Abu vulkaniknya pernah tercatat merusak perkebunan di sekitarnya pada letusan yang terjadi tahun 1915 dan 1948. Letusan terpanjang terjadi tahun 1842, yaitu pada 24 Januari hingga Juni.
Dari situs yang sama tertulis letusan terakhir terjadi pada 8 Juni 2004 dan benar-benar berakhir pada 9 Juni 2004. Letusan besar hanya terjadi sekitar 20 menit. Letusan bersifat freatik, membentuk kolom abu berketinggian hingga 3.000 meter di atas bibir kawah. Material abu dan batu kerikil tersembur hingga radius 300 meter (bandingkan dengan abu Merapi yang bisa menjalar melalui awan panas hingga lebih dari 4 kilometer).
Jelas sudah bahwa Status Awas yang diberlakukan untuk Gunung Bromo, hal ini untuk mempertegas aktivitas gunung tersebut yang sewaktu-waktu dapat meletus. Status Awas juga diberlakukan pada Gunung Merapi sebelum meletus akhirnya terjadi Bencana yang banyak menewaskan puluhan orang akibat wedhus gembel yang mematikan. Peristiwa Gunung Merapi kelihatannya menjadi pelajaran yang berharga dalam mengantisipasi bahaya letusan gunung berapi.
Kutipan lain dari http://cybernews.cbn.net.id menyebutkan bahwa jika di gunung Merapi ada awan panas atau wedhus gembel, namun Gunung Bromo yang bahaya adalah asap yang berwarna kekuning-kuningan yang berasal dari belerang. Sebab, asap ini dapat mengganggu pernapasan. Meski demikian, topografi Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekira 10 kilometer persegi. Sehingga kemungkinan kecil asap belerang bisa sampai ke pemukiman warga.
Gunung Bromo sendiri, mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah sekira 800 meter (utara-selatan) dan 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari empat kilo meter dari pusat kawah gunung. Sementara untuk kekuatan letusan, setiap gunung tergantung keberadaan dapur magma. Semakin dalam dapur magma semakin kuat daya dorong atau muntahan yang dimiliki.
Demikian sekilas tentang keadaan Gunung Bromo yang berstatus Awas, secara teknologi bisa terbaca aktivitas yang tengah terjadi pada Gunung Bromo. Namun semuanya mengharapkan agar tetap waspada dan berjaga-jaga, agar senantiasa kita dapat mengantisipasi jauh-jauh hari sebelumnya. Disamping kita tetap berdo’a kepada Allah SWT, agar terhindar dari malapetaka bencana yang jelas-jelas menyengsarakan.
Cukuplah sudah derita negeri tercinta ini akibat bencana alam yang beruntun terjadi ditahun 2010, semoga dibalik bencana ini ada hikmah yang dapat memberikan jalan terwujudnya negeri yang damai, negeri yang tenang dan negeri yang sejahtera. Amien. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar