Menjelang Pensiun


Gambar dari Google

Masih dua tahun kedepan aku memasuki masa pensiun, tetapi rasa was was selalu menghantui pikiranku. Bisakah aku melewati masa iu dengan damai,tenteram dan aman ? Apalagi masih ada seorang anak yang menjadi tanggunganku, rasanya membuat aku semakin gelisah. Kemana lagi akan aku cari tambahan penghasilanku? sementara sisa pendapatan bulananku akan jauh berkurang.
Pikiranku semakin tak menentu ketika perjalanan dua tahun kedepan ini situasi semakin sulit,berusaha dibidang kerajinan yang tengah dilanda kelesuan. Mau mencari tambahan didunia jasa shooting video semakin banyak saingan, berupaya menyambung kembali menjadi kartunis untuk mengisi kolom kartun humor surat kabar semakin tersisih oleh media elektronik yang semakin maju. Kenyataannya akan semakin sulit mencari income tambahan ketika kita memasuki pensiun, barangkali semua ini dirasakan oleh sebagian besar para calon pensiunan. Rasa hawatir, rasa miris, rasa waswas selalu menghantui pikiranku.
Akan sangat berbeda jika masa persiapan pensiun memiliki tabungan yang cukup, bebas dari hutang, bebas dari kewajiban menyekolahkan anak, bebas dari hal-hal yang memerlukan dana besar. Jika seperti itu maka persiapan pensiun akan terasa ringan tanpa beban, akan berjalan mulus tanpa hambatan serta persediaan dana akan mencukupi ketika saatnya dibutuhkan. Barangkali lebih sedikit teman-teman kita yang memasuki usia pensiun lebih siap menghadapi segala sesuatunya, dan semakin banyak yang merasa kurang siap sepertiku.
Sampai akhirnya aku menemukan sebuah artikel tanya jawab pada blog seseorang yang kurasa cukup baik untuk disimak.
"Mempersiapkan Pensiun"
Setiap orang pastilah memiliki angan-angan yang berbeda pada saat memasuki masa pensiunnya. Ada yang berkeinginan untuk tinggal di daerah asalnya, misalnya di sebuah pedesaan yang jauh dari keramaian kota. Ada pula yang ingin jalan-jalan keliling dunia. Ada pula yang ingin hidup di sebuah panti jompo yang terawat baik agar dia tidak perlu pusing-pusing untuk memikirkan operasional rumah tangganya.

Setiap keinginan tersebut pastilah memerlukan biaya yang berbeda. Berapa besar biayanya tergantung dari “model” kehidupan yang kita inginkan. Selain itu ada biaya lain yang meningkat cukup drastis yaitu biaya kesehatan. Saat memasuki masa pensiun, tingkat kesehatan kita pastilah menurun atau minimal berkurang dari masa sebelum pensiun. Mahalnya biaya kesehatan saaat pensiun, selain karena tingkat inflasi biaya kesehatan lebih tinggi daripada tingkat inflasi rata-rata. juga karena risiko sakit saat usia tua meningkat.

Ada banyak jalan agar kehidupan saat pensiun dapat kita lalui dengan sejahtera. Adanya program pensiun dari tempat kita bekerja akan membantu kita untuk mulai merencanakan biaya pensiun. Kemudian kita lihat berapa besar kebutuhan dana yang diperlukan pada masa pensiun yang akan kita jalani. Selisih antara kebutuhan pensiun dan uang pensiun dari program yang diselenggarakan oleh tempat kita bekerja merupakan besar biaya pensiun yang harus kita persiapkan sendiri. Kita dapat membeli produk asuransi tertentu yang memang dapat kita pakai untuk membiayai pensiun, atau dapat juga membeli produk dana pensiun dari DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) yang dikelola oleh Bank atau Asuransi.

Untuk membiayai kesehatan, kita perlu melihat beberapa produk asuransi kesehatan yang memang diperuntukkan bagi pembiayaan kesehatan masa pensiun. Atau jika anda kurang puas dengan terbatasnya produk untuk pensiunan di dalam negeri, anda bisa juga melirik produk pensiun dari negara tetangga.

Ada sedikit catatan, jika perusahaan tempat anda bekerja telah memiliki program pensiun sendiri pastilah perusahaan tersebut sangat memperhatikan karyawannya. Karena saat pensiun, selain karyawan akan memperoleh uang dari program pensiun tersebut, juga mendapatkan uang dari program Jamsostek dan sejumlah uang lumpsum (atau sekaligus) berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan. Uang pensiun dari beberapa sumber tersebut dapat anda mengurangi besarnya uang pensiun yang harus kita rencanakan sendiri.

Kepedulian anda untuk memikirkan pensiun mulai saat ini, akan membantu anda untuk kehidupan pensiun yang sejahtera.

Selamat mempersiapkan diri. (http://joanneswidjajanto.blogspot.com).

Kemudian aku juga menemukan tulisan lain tentang "Post Power Syndrome" dari www.arsipinfo.co.cc, yang isinya seperti ini :

Post power syndrome

Pengertian dan gejala

Secara umum, orang yang mengalami post power syndrome sebenarnya diliputi rasa kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa, ketergantungan, kekosongan, dan kerinduan. Selain itu, harga dirinya juga menurun, merasa tidak lagi dihormati dan terpisah dari kelompok. Semua ini biasanya tidak begitu disadari oleh yang bersangkutan.
Gejala ini umumnya terjadi pada orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau jabatan dan ketika jabatan itu sudah tak lagi dipegang, muncullah berbagai gejala psikologis atau emosional yang sifatnya kurang positif.
Beberapa gejala biasanya dapat dibagi ke dalam 3 ranah.
1. Gejala fisik, misalnya tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah, sakit-sakitan.
2. Gejala emosi, misalnya mudah tersinggung, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah.
3. Gejala perilaku, misalnya menjadi pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, dan menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum


Penyebab

Post power syndrome banyak dialami oleh mereka yang baru saja menjalani masa pensiun. Pensiun merupakan masa seseorang secara formal berhenti dari tugasnya selama ini, bisa merupakan pilihan atau keharusan.
Para pensiunan terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan lancar. Sebaliknya, ada juga yang mengalami ketidakpuasan atau kekecewaan akan kehidupannya.
Sindrom ini bisa dialami oleh pria maupun wanita, tergantung dari berbagai faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap makna dan tujuan kerja, pengalaman selama bekerja, pengaruh lingkungan keluarga dan budaya. Berbagai faktor tersebut menentukan keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri menghadapi masa pensiun. Post power syndrome merupakan tanda kurang berhasilnya seseorang menyesuaikan diri.
Tujuan bekerja tak hanya untuk memenuhi kebutuhan primer manusia, tapi secara psikologis, bekerja dapat memenuhi pencapaian identitas diri, status, ataupun fungsi sosial lainnya. Beberapa orang sangat menghargai prestise dan kekuasaan dalam kehidupannya, hal ini bisa diperoleh selama ia memegang jabatan atau mempunyai kekuasaan. Apalagi bila lingkungan kerjanya juga mengondisikan dirinya untuk terus memperoleh prestise tersebut, misalnya anak buah yang tak berani memberikan masukan untuk perbaikan atau adanya fasilitas berlebihan yang diberikan perusahaan baginya selama menjabat.
Masa pensiun bisa memengaruhi konsep diri karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran, status, dan identitasnya dalam masyarakat menjadi berubah sehingga dapat menurunkan harga diri. Bila anggota keluarga memandang pensiunan sebagai orang yang sudah tidak berharga lagi dan memperlakukan mereka secara buruk, bukan tak mungkin juga akan memicu munculnya sindrom ini.
Beberapa ciri kepribadian yang rentan terhadap post power syndrome di antaranya adalah mereka yang senang dihargai dan dihormati orang lain, suka mengatur, ”gila jabatan”, menuntut agar permintaannya selalu dituruti, dan suka dilayani orang lain.
Secara ringkas disebut sebagai orang dengan need of power yang tinggi. Selain itu, ada pula mereka yang sebenarnya kurang kuat kepercayaan dirinya sehingga sebenarnya selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, melalui jabatannya dia merasa ”aman”.

Menghadapi penderita

Menghadapi orang yang sudah telanjur menderita memang diperlukan kesabaran luar biasa. Sebagai pasangan atau anggota keluarga yang serumah, pertama hendaknya memahami dulu bahwa penderita tidak sepenuhnya menyadari gejala yang dia alami. Tapi dengan melawan atau mencoba menyadarkan mereka secara langsung juga tidak bijak.
Lebih baik meminta pihak ketiga, yaitu seseorang yang cukup mendapat respek dari yang bersangkutan, untuk memberikan wejangan, atau melalui doa bersama, meditasi atau berzikir. Melalui kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, dia bisa belajar memahami bahwa ternyata kekuasaan itu tidak abadi.
Kedua, sebaiknya kita belajar menerima dia apa adanya, tidak merespons kemarahan dengan hal yang sama. Saya lebih menyarankan agar yang bersangkutan diusahakan untuk mempunyai berbagai aktivitas yang dapat menyalurkan emosi negatif atau ketidakpuasan hidupnya secara lebih konstruktif, seperti mengikuti kegiatan sosial yang menarik, diminta memberikan ceramah dengan topik yang dikuasainya ketika ada acara keluarga, mengajar keterampilan tertentu kepada orang yang memerlukan, menjalani hobi berkebun, dan berolahraga.
Agustine Dwiputri psikolog,Sumber : kompas.com.

Setelah membaca kedua artikel tersebut, aku jadi semakin tegar menghadapi masa-masa pensiun. Karena sudah bukan rahasia lagi, masa pensiun merupakan momok paling menakutkan bagi setiap pegawai. Tetapi walaupun demikian, semangat hidup harus terus dikobarkan, agar kelak kita tidak lagi diperbudak perasaan. Sangat berarti sekali setiap masukan yang positif setidaknya memberikan nutrisi baru untuk tetap pada kondisi stabil berpikir. Terus terang saja ketakutan pasti selalu menghampiri, namun sejauh itu kita wajib melawannya dengan percaya diri serta mempertebal Keimanan kepada Yang Khalik. Pada suatu saat nanti, kitapun akan benar-benar meninggalkan segalanya tentang dunia ini. Rasanya terlalu pagi kita merasa was was diri, selama masih ada yang harus dikerjakan sesuai kemampuan dan tetap berpikir positif tentang kehidupan. Disinilah letaknya kita harus mengevaluasi diri, agar kita mampu berjalan pada koridor yang wajar.

Semoga aku tetap punya semangat, walau terkadang pahit sekalipun. Karena waktu takkan pernah ingkar janji, berjalan sesuai kehendak Illahi Rabbi. Mendekatkan diri pada Allah SWT akan lebih baik ketimbang berpikir dengan keras serta berangan-angan. Dunia akan berputar tanpa kita mampu menghentikannya, maka dari itulah mulai dari yang kecil, mulai dari yang gampang dan mulai dari sekarang menata diri demi kenyamanan, ketentraman dan kedamaian hati.

Penulis,
Halimi,SE,MM.

0 komentar:

Posting Komentar